Sepatu brodo merupakan brand sepatu dengan desain mewah, namun dijual dengan harga yang tidak mahal cukup terjangkau. Mereka adalah Yukka Harlanda dan Putera Dwi Karunia yang menginisiasi pembuatan brand Sepatu Brodo tersebut.
Cerita berawal pada tahun 2010 lalu, saat Yukka yang saat itu sedang menempuh kuliah tahap akhir di jurusan Teknik Sipil ITB bingung karena harus mempresentasikan tugas praktik untuk ujian skripsi. Kampus mengharuskan dia berpakaian formal, termasuk sepatu yang digunakan. Sementara pada saat itu Yukka hanya memiliki sneakers dengan ukuran sekitar 45 atau 46.
“Sebenarnya sepatu formal ukuran segitu ada, cuman diproduksi oleh merek terkenal yang harganya sampai Rp 2 juta. Yah, saat itu kan kami masih anak kos, daripada uangnya beli sepatu lebih bagus untuk kepentingan lain,” kata Yukka.
Sahabatnya, Putera, kemudian memberi ide agar si Yukka memesan sepatu saja ke Cibaduyut, sentra sepatu kulit handmade terkenal yang ada di Bandung. Bermodal modifikasi model sepatu yang dilihat dari internet, Yukka dan Putera memesan satu pasang sepatu kulit. Berawal dari hal inilah, Yukka dan Putera tertarik untuk memulai usaha sepatu kulit yang dijual kepada teman-temannya.
“Kami kaget melihat harganya, kualitas sama bahan hampir sama dengan yang ada di toko merek terkenal tadi, tapi harga jauh lebih kompetitif, kalau enggak salah waktu itu saya beli sepatu harganya sekitar Rp 350 ribu. Lalu saya kepikiran buat usaha begini,” ujarnya.
Karena keduanya tak memiliki keahlian dalam menggambar dan mendesain sepatu yang ingin dibuat, Yukka dan Putera hanya mengandalkan model sepatu dari internet yang kemudian dimodifikasi sesuai gaya dan khas yang ingin mereka tonjolkan saja. Mereka sepakat menyerahkan urusan menjahit sepatu ini kepada Syaiful, pengrajin sepatu kulit handmade yang ada di Cibaduyut.
Masing-masing dari mereka pada awalnya mengumpulkan Rp 3,5 juta untuk memulai bisnis ini. Hasilnya, mereka bisa menghasilkan sekitar 40 pasang sepatu kulit semi-bot yang kemudian mereka beri nama Signore. Tanpa disangka, sepatu semi-bot kulit tersebut laris dibeli kerabat dan teman kampus dengan harga Rp 375 ribu perpasangnya.
Karena pesanan yang terusmenerus mengalir, akhirnya mereka memutuskan untuk melabeli produk sepatu ini dengan nama Brodo. Saat ditanya tentang makna, Yukka hanya menjawab singkat dengan tawa kecil, karena maknanya cukup sederhana.
“Itu artinya kaldu ayam. Kami suka baca komik dan saat memikirkan nama yang bagus, kami tertariknya Brodo. Di depan kata tersebut ada kata ‘Bro’ yang merepresentasikan produk sepatu kulit kami yang hanya dikhususkan untuk para pria,” kisahnya.
Mereka kemudian konsisten dalam membangun citra produk sepatu kulit. Yukka menjelaskan, mereka bertekad untuk membuat masyarakat, khususnya kalangan mahasiswa, bahwa sepatu kulit tidak harus mahal tapi tetap berkelas.
“Kami pasar utamanya untuk mahasiswa, karena berawal dari pengalaman pribadi itu kan. Akhirnya, kami putuskan memotong rantai distribusi. Barang langsung diantar tanpa ada perantara, makanya harga jadi murah,” tuturnya lagi.
Setelah mengubah bentuk usahanya menjadi sebuah perusahaan yang diberi nama PT Brodo Ganesha Indonesia pada tahun 2012 lalu, mereka memilih untuk membuka satu demi satu cabang. Mulai dari meminjam uang dari bank, sampai pernah tak mampu bayar cicilan utang, hingga tersendat dalam pemberian gaji karyawan pun diakui pernah terjadi kata Yukka.
“Kalau kita buka cabang baru kan berarti biaya bertambah dan tabungan semakin berkurang. Nah, itu bener-bener pusing. Susahnya sampai nangis pun bisa kalau diinget. Karena gini, masyarakat itu masih butuh ritel offline dan online agar mereka yakin produk kita. Pertama kali, mereka pasti cari toko dulu, setelahnya beralih ke online karena sudah percaya dan melihat produknya seperti apa. Makanya, kami putuskan terus buka cabang meski ada online,” tambahnya lagi.
Hingga saat ini, Brodo sudah memiliki 10 toko cabang yang tersebar di beberapa daerah di Indonesia seperti Tangerang, Depok, Yogyakarta, Jakarta, Bogor, Makassar, Bandung, Bekasi, hingga Surabaya. Meski teman-temanya sudah memiliki penghasilan puluhaan juta dengan bekerja di perusahaan minyak dan gas, Yukka dan Putera mengaku tak tergiur akan hal itu. Mereka memutuskan untuk fokus dalam usaha sepatu Brodo ini.